Aira dan Pengirim Misterius

Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah gambaran hidup Aira semenjak kepergian sang mama. Tampak jelas diraut wajahnya menyembunyikan kesedihan mendalam. Ia tidak terima dengan kenyataan bahwa ibu tercinta sudah berpulang ditambah lagi dengan papa yang terlibat kasus korupsi dan kini berdiam dibalik jeruji besi. Hanya oma tempat bersandar mengadukan segala kegundahannya. Hatinya serasa dicabik-cabik, ditinggal pergi oleh orang tercinta. Tak ada lagi mobil mewah dan pak supir yang selalu setia mengantar jemput ke sekolah. Papa Aira telah memilihkan homeschooling. Tapi ia lebih memilih untuk bersekolah di sekolah formal.

Tingkah Aira sedikit aneh semejak ia masuk ke sekolah barunya. Trauma yang mendalam masih menghantuinya. Ia sulit untuk beradaptasi dengan orang lain. Jangankan untuk berteman, berkenalan saja masih tertutup. Tapi tidak untuk Arai. Laki-laki yang berhasil mencuri perhatian Aira. Arai berusaha mencari tahu mengapa Aira bertingkah seperti itu. Aira termasuk anak yang rajin, pintar menulis dan penyuka sastra. Tapi sayang, kejahilan teman-teman telah menggoreskan luka pada sayatan yang sama. Ejekan teman sekelasnya membuat Aira kembali mengingat peristiwa itu.

Arai berusaha menengahi permasalahan ini karena Ia paham benar dengan kasus yang dialami oleh papa Aira. Bagaimanapun ini bukan kesalahan Aira melainkan korban kerakusan dari papanya itu. Tulisan Aira dimuat pada majalah Aneka. Ia sempat bingung siapa orang yang sudah lancang mengirimkan tulisannya. Biasanya tulisan-tulisannya ini hanya dimuat pada mading sekolah. Sepucuk surat tersisip pada saku depan tasnya. “Jika kamu ingin tahu siapa orang yang sudah mengirim tulisanmu, temui aku di perpustakaan.” Aira berlari menuju perpustakaan. Langkahnya terhenti pada sosok pria yang tengah melebarkan senyumnya sambil menunjukkan majalah Aneka di tangannya.

Sebuah PenTigRaf (cerpen tiga paragraf)

More From Forest Beat

Malaikat Kecilku

Matahari kecil dalam pelukan dunia itulah dirimuSinarmu mengusir kegelapan yang temaranMenyinari ruang gelap penuh sesakCahayamu hadir memberi penyejukSeperti pelangi dalam hujanMemberi warna hiasi dunia Genggaman...
Puisi
0
minutes

Tiga Tahun Sudah

Rasanya baru kemarinKetika kami malu-maluDatang di tempat ini Bertemu dengan kawan dan guru yang baruTujuan kami di sini hanya satu menggapai cita dan harapan berbudi...
Pendidikan
0
minutes

Gerimis Mencumbu Jingga

Subuh membasuh luruh bermandikan titik hujanMenambah gaduh jiwa yang terbaring usangKapankah mentari menyapa pagi?Sementara rinai masih menyirami bumi Bekunya pekat subuh berangsur-angsur tepiskan kelamMenyibakkan secercah...
Puisi
0
minutes

Rindu Muhammad

Ya MuhammadYa RasulullahBegitu nama terpatri indahYang melekat sebagai kekasih Allah Rinduku padamu tak kunjung sudahPadamu bagindaku ya RasulullahCintaku padamu tak pernah goyahAsaku ingin bersamamu di...
Puisi
0
minutes
spot_imgspot_img