Pesan Pak Andra


Terik matahari yang menyengat menembus ruang kelas memaksaku untuk tetap fokus  dan bersabar menerima penjelasan kisi-kisi ujian semester oleh bapak Andra. Kata-kata pak Andra yang mengingatkan untuk mempersiapkan diri sebelum ujian itu terus terngiang dipikiranku. Entah kali keberapa rangkaian kata itu ke luar dari mulut para guru yang tak bosan-bosannya mengingatkanku siang itu.


Kulirik jam dinding yang tergantung tepat di depan meja belajarku. Masih jam 16.00, aku bisa beristirahat sebentar. Dengan langkah setengah tertatih aku menuju tempat ternyamanku. Kuberusaha memejamkan mata, tapi tak kunjung tertidur juga. Pikiranku dipenuhi oleh tugas-tugas yang akan dikumpulkan hari Sabtu nanti. Aku lebih sulit tidur siang karena tugas yang selalu terngiang di kepalaku. Sepertinya bukan tidur yang kubutuhkan saat ini.

Tumpukan buku-buku pelajaran telah menghiasi meja belajarku. Aku harus mulai dari awal. Kucoba membuka kembali buku catatan hasil pembahasan soal yang diberikan oleh bapak Andra siang tadi. Kelopak mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Satu persatu kalimat yang kubaca terangkai menjadi satu. Lima belas menit lagi ujian dimulai. Sementara aku masih berada di rumah. Bagaimana dengan ujian pertamaku. Ya Tuhan. Aku tertunduk di meja belajarku. Mencemaskan apakah aku bisa ujian susulan. Pikiranku kacau, air mataku mengalir deras di pipi. Terdengar suara pintu kamarku terbuka. Ada yang mengusap-usap punggungku sambil membisikkan kata. "Aira, bangun. Bagung sayang."
Fide Baraguma
Fide Baraguma Ibu dari dua jagoan hebat yang mengabdi diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi

Posting Komentar untuk "Pesan Pak Andra"